Minggu, 31 Agustus 2014

My Love Story



Cinta. Apa sih cinta itu?
Cinta itu indah, cinta itu semangat, buta, sepi, ngangenin dan apalah jawaban familiar orang. Tapi untuk saya sendiri sampai saat ini saya belum bisa meyimpulkan apa itu cinta.
Bicara tentang cinta pasti tidak akan lepas dengan kata suka, sayang, PDKT, pacaran dan lain sebagainya. Saya sebagai anak kuliahan yang mau menginjak semester 3 pastinya tidak akan asing dengan yang namanya cinta. Pernahkan saya pacaran? Pernah. Saya pernah pacaran satu kali dalam hidup saya ketika saya kelas 3 SMP. Boleh dibilang pacaran waktu itu hanyalah cinta monyet belaka. Yah sekedar cerita cinta cemen ala anak SMP yang mengerti cinta dari bentuk luarnya saja. Setelah itu saya memutuskan untuk putus dengan alasan yang paling kuat saya akan sekolah SMA dan mondok yang pastinya akan jauh dari dia dalam waktu yang lama. Alasan yang cukup klasik tapi itulah yang baik menurut saya, karena saya paling tak suka yang namanya LDR dalam pacaran. Setelah mondok saya memutuskan untuk tidak pacaran sekalipun walaupun sudah ada ‘godaan’ sejak awal MOS. Dan itu bertahan sampai saya lulus. Bukannya saya orang yang anti pacaran, tapi karena menurut saya pacaran saat mondok sangat tidak mengasyikkan. Disamping jarang ketemu, komunikasi kurang lancar juga peraturan pun menjadi kendala utama. Pacaran saat mondok juga butuh keberanian. Ketemuan bisa kena ta’zir (sangsi), untuk komunikasi bawa HP bisa dirampas, mau nongkrong di warnet pun hanya sekedar ingin menyapa 'dia' lewat medsos yang dua hari tak ada kabar harus rela berlama-lama antri dengan teman-teman yang lain dengan biaya perjam warnet yang kadang menguras kantong yang kempis. Duh, repotnya. Belum lagi gaya pacaran remaja sekolahan yang kadang-kadang dibumbui dengan ke’alay’an yang luar biasa,

“aquwh tagh bisa jauh dArinx”

“aquwh akand selaluw mndoakanmoe”

”tady aquwh lait dya senyum sMa aquw,, dwuuhh snengx,, ;)”  #AF

Sampai hashtag-hashtag dengan berbagai inisial pun sering muncul di statusnya. Duh..duh.. namanya juga masih ABG brayy dan itu yang membuatku malas dengan pacaran seperti itu.
Berbicara masalah suka. Wanita cenderung memendam perasaan sukanya lama-lama dan terkadang sampai si pria menyatakan dahulu. Wanita memang seperti itu, menutupinya rapat-rapat atau bahkan hanya orang yang paling dekat saja yang diberi tau. Dan saya juga seperti itu, saya menutup-nutupi perasaan saya dan Alhamdulillah sampai saat ini tak ada seorangpun yang tau walaupun sempat ada gosip sih tapi its oke wae lah namanya juga hidup plural pasti adalah yang ‘dipacok-pacokin’. Pasti ada pertanyaan apakah saya ketika semester 1 2 pacaran? Jawabannya tidak. Sekali lagi bukan berarti saya anti pacaran tidak, Cuma saya mempunyai sebuah prinsip yang doakan saja saya bisa teguh dengan prinsip tersebut. Amiin :)

Kamis, 28 Agustus 2014

Beliau :'(

Jujur, sampai sekarang aku belum bisa move on dari ujian ini. Aku sering iri sama teman-temanku yang kemana-mana dianter sama ayah mereka, nelpon ayah ketika kangen, foto bareng sama ayah, duuh,, mereka punya tempat beradu ketika punya masalah yang membutuhkan sosok ayah disitu, abah yang mengajari tentang tatakrama, yang mengajari tentang ngaji, doa, kitab. Aku rindu sosok abah yang bisa diajak gurau, diajak begadang, minta anter saat takut pas malem, yang tidak tidur saat saya belum tidur, yang selalu mengajariku tentang merawat barang, belajar sederhana, teguh, telaten, teliti, dan tangguh. Abah yang selalu senang ketika anaknya juara, abah yang selalu tak pernah menunda ketika aku minta tanda tangannya di raportku, abah yang mengajariku tentang keikhlasan dan berkorban. Aku sangat rindu sosok abah. Aku masih ingat abah yang belum pernah ke malang yang katanya ingin lihat kampus qoqom pondok qoqom, ah yasudahlah, semoga kita dipertemukan di lain kesempatan abah.. semoga kita dipertemukan di surga nanti. Amiin.

Gimana sih sebenarnya?


Aku selalu berfikir untuk menjadi sukses sukses dan sukses, mendapatkan banyak pencapaian dan tidak dipandang sebelah mata sama orang. Tetapi kadang aku berfikir kalo aku sudah mencapai yang aku impikan dan banyak yang memujiku pasti dalam diri akan terbesit sedikit rasa berbangga diri dan takutnya itu akan menjadi sebuah kesombongan. Aku juga sempat berada di titik terbingungku saat aku berfikir aku harus memulai hidup dari mana, hidup ini seakan mengandung banyak sekali kacamata untuk mengurai jalan mana yang harus ditempuh untuk menjadi sukses,  ada yang bilang jika kamu ingin sukses kamu harus ikut ini ini ini belajar ini ini ini menjadi orang yang seperti  ini ini ini sampai aku berfikir “ah ini hidup gua, gua  berusaha ya gua yang dapet gua malas  gua gak  bakal bagi kesedihan sama elu” Yah, seperti prinsipnya penulis Raditya dika: “Tuhan yang nentuin, gua yang jalanin dan orang lain yang ngomentarin. Terus gua mesti peduli?”. Memang sebuah motivasi itu perlu, kadang kita sangat memerlukannya sampai cari-cari di Syeh gugel kata-kata motivasi yang pas untuk masalah ini itu tapi terkadang sebuah motivasi seperti kata temenku hanya sebagai penghibur saja dan tidak memberi solusi, dan aku sebagai remaja tahap akhir aku kadang-kadang tidak labil dalam menyikapi seuatu, kadang ikut-ikutan tapi kadang juga tetap kokoh dalam pendirian pendapat sendiri, tapi tak apalah namanya juga masih mencari jati diri *ketuweken. Kembali pada  masalah sudut pandang tentang tahap menuju sukses, ini pasti erat kaitannya dengan roda diatas dan di bawah. Aku pernah merasakan berada di roda atas tapi juga berada di bawah. Aq pernah mendapat penghargaan dipuji banyak orang dan banyak orang yang selalu ingin lebih dekat denganku, tapi tak jarang aku juga pernah di cemooh, di remehkan banyak orang, dan bahkan di hina oleh teman yang selama ini aku percaya, aku pernah merasakan ini semua. Dan tahukah kamu bagaimana perasaanku ketika aku berhasil mencapai yang aku impikan? Hampa. Ya aku merasakan kehampaan yang nyata. Setelah aku banyak banyak mengucapkan Alhamdulillah dan setelah itu? Dan inilah sifat manusia sesungguhnya, manusia tidak akan pernah lupa atas sifat puasnya yang tak pernah dipunya. Hampa itu terjadi karena aku merasa ah hanya seperti ini, coba aku dulu begini coba aq dulu begitu dan ntar ak mau begini ntar aku seperti itu hmmm.. tidak akan pernah bisa bersyukur. Nah itulah sifat yang selama ini aku berusaha untuk mengendalikannya, berusaha utuk memangkas habis agar bisa menjadi pribadi yang lebih dari harapan.
Yah beginilah pandangan errorku mengenai sebuah pandangan dan pendapan dari arti sukses itu sendiri, sukses kadang lupa akan syukur dan itu yang selalu aku takutkan, tapi bukan berarti keakutan itu akan menghalangiku untuk lebih jauh melangkah dan berubah. Memang kita tidak bisa menguniversalkan berbagai pendapat, karena penguniversalan sendiri tiap individu tiap daerah itu berbeda, dan seenggaknya saya masih punya panutan dalam cara berfikir dan menurut saya pemikirannya begitu luas dan bijak itulah pemikiran Rasulullah SAW, tempat semua pendapat disandarkan. Shollu ‘ala nabi Muhammad…
Meskipun cuplikanku saat ini agak ngelantur (emang pernah bener?), aku harap para pembaca entahlah siapa yang mengetahui blog pertama sekaligus geje ini bisa menikmatinya. J